Prayer Times

E -Learning and It's Components

DEFINISI DAN KOMPONEN E-LEARNING

Kita mulai dari definisi. Istilah e-Learning atau eLearning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi eLearning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan:

eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:

eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.

Definisi-definisi lain berserakan di buku-buku. Cara termudah dan tercepat melihat berbagai definisi e-Learning, ya lewat Google ;) Coba deh klik di sini. Untuk yang tertarik eksplorasi Google lebih jauh, jangan lupa untuk ikuti artikel saya tentang teknik pencarian di Google.

definee-learning.gif

Ok apa yang dapat kita simpulkan dari berbagai definisi diatas?

  1. Metode belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan Internet
  2. Tersampaikannya bahan ajar (konten) melalui media elektronik. Otomatis bentuk bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital).
  3. Adanya sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar mengajar

Kesimpulan definisi diatas ini yang sering saya gunakan untuk membuat bagan komponen e-Learning. Dengan kata lain, komponen yang membentuk e-Learning adalah:

  1. Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.

  2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.

  3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan e-dukasi.net yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Juga mari kita beri applaus ke pak Gatot (Biro PKLN) yang mulai memberikan insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke Game Technology yang arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi konten.

Sedangkan Actor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.

komponen-elearning.gif

Oh ya terminologi yang berhubungan dengan e-Learning sebenarnya banyak. Ada online learning, software learning, multimedia learning, computer based learning. Boleh dikatakan semua bisa diwakili oleh e-Learning, baik dalam perspektif umum (online learning, computer based learning) maupun dalam perspektif komponen e-Learning (multimedia learning sebagai komponen e-Learning content dan software learning sebagai komponen e-learning system).

Sedikit perlu kita garis bawahi untuk terminologi distance learning. Terminologi distance learning ini sejak dulu sudah ada, hanya dulu distribusi bahan ajar dan proses pembelajaran tidak menggunakan media elektronik, misalnya universitas terbuka yang dulu mengirimkan module pembelajaran lewat pos. Hanya, saat ini universitas yang menerapkan distance learning kebanyakan sudah menggunakan media elektronik untuk mendistribusikan bahan ajar dan proses belajar mengajar, dengan kata lain bisa saja distance learning masuk ke definisi e-Learning untuk kondisi ini. Tapi tidak menjadi masalah kalau open university yang ada di dunia ini tetap menggunakan term distance learning, karena mungkin sudah lebih lama dan terbiasa digunakan. Yang pasti secara kohesi terminologi, distance learning akan dekat dengan terminologi open university dan synchronous learning.

METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING

Seperti kita lihat di atas, peralatan teleconference yang mahal itu posisinya ada di infrastruktur e-Learning (komponen pertama). Meskipun kalaupun tidak ada juga tidak masalah. Lho kok bisa? Ya karena peralatan teleconference akan mendukung e-Learning yang Synchronous tapi tidak untuk yang Asynchronous. Waduh apalagi nih?

Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua:

  1. synchronous-elearning.gifSynchrounous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali :)

  2. asynchronous-elearning.gifAsynchronous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang.

STRATEGI IMPLEMENTASI DAN KEGAGALAN E-LEARNING

Kalau ditanya tentang strategi implementasi e-Learning, saya pikir ini parameternya terlalu banyak, tergantung kebutuhan, kultur institusi, ketersediaan dana dan berbagai faktor lain. IlmuKomputer.Com menerapkan strategi seperti apa yang saya tulis di artikel tentang model motivasi komunitas (Romi, 2007). Usulan saya sebagai konsultan e-Learning di beberapa perusahaan dan universitas tentang implementasi e-Learning biasanya berupa:

  • e-Learning harus didesain utk dapat memberikan nilai tambah secara formal (karier, insentif, dsb) dan nonformal (ilmu, skill teknis, dsb) untuk pengguna (pembelajar, instruktur, admin)
  • Pada masa sosialisasi terapkan blended eLearning untuk melatih behavior pengguna dalam e-life style (tidak langsung full e-Learning)
  • Project eLearning adalah institution initiative dan bukan hanya IT or HRD initiative
  • Jadikan pengguna sebagai peran utama (dukung aktualisasi diri pengguna), tidak hanya object semata

Perlu kita catat bersama bahwa kegagalan implementasi e-Learning kebanyakan bukan karena masalah tools, software atau infrastruktur. Tapi kebanyakan karena human factor, karena beratnya perubahan kultur kerja dan karena tidak adanya kemauan untuk knowledge sharing.

Dari sebuah studi tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40 perusahaan besar menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (lebih dari 68%) menolak untuk mengikuti pelatihan yang menggunakan konsep e-Learning. Ketika e-Learning itu diwajibkan kepada mereka 30% menolak untuk mengikuti [Dublin, 2003]. Sedangkan studi lain mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar untuk mengikuti e-Learning, 50-80% tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir [Delio, 2000].

Paling tidak itu dulu, kita akan lanjutkan pembahasan kita dengan membangun sistem e-Learning dan pemilihan Learning Management System (LMS). Ikuti terus seri artikel ini :)

REFERENSI:

  1. Glossary of e-Learning Terms, LearnFrame.Com, 2001
  2. Darin E. Hartley, Selling e-Learning, American Society for Training and Development, 2001
  3. Dublin, L. and Cross, J., Implementing eLearning: Getting the Most from Your Elearning Investment, the ASTD International Conference, May 2003.
  4. Michelle Delio, Report: Online Training ‘Boring’, Wired News, located at www.wired.com/news/business/0,1367,38504,00.html
  5. Romi Satria Wahono, Sistem eLearning Berbasis Model Motivasi Komunitas, Jurnal Teknodik No. 21/XI/TEKNODIK/AGUSTUS/2007, Agustus 2007

Copied from :http://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-learning/

CV ku

IDENTITAS DIRI
Nama : Zudha Aulia Rachman
NIM : 113080053
Jurusan : Teknik Informatika
Semester : 2
Kelas : IF-32-01
TTL : Magelang, 26 agustus 1990
Alamat asal : Penggaron, Gondowangi, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah
Alamat kos : Ds Sukapura no 136, rt 02, rw 06, Dayeuh Kolot, Bandung, Jawa

Barat
Ayah : Drs. Wihardopo,T.S.
Ibu : Dra. Zubaidiyah
No HP : 085729372230
Agama : Islam
Hobby : Badminton, desain grafis.
Motto : Tak kan ada yang kan sia-sia selama niat lurus kepadaNYA. Hidup selalu berputar,

maka akan selalu ada harapan, selama kita percaya. ^^

WEB ENGINEERING

Web Engineering
1.1 Rekayasa Web (Web Engineering)
Dalam jangka waktu yang relatif singkat, Internet dan World Wide Web (biasa disebut dengan

web) telah berkembang dengan sangat pesat sehingga dapat melampaui kecepatan perkembangan

teknologi lainnya di dunia. Internet dan web juga berkembang pesat dalam hal jangkauan dan

luas bidang kegunaan yang secara nyata mempengaruhi beberapa aspek kehidupan. Industri,

seperti manufaktur, biro perjalanan, rumah sakit, perbankan, pendidikan dan pemerintahan

menggunakan web untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka.
Saat ini banyak diantara kita bergantung pada sistem dan aplikasi yang menggunakan antarmuka

web yang harus berjalan dengan baik dan terpercaya. Oleh karena itu para pengembang web

membutuhkan suatu metoda, suatu bidang keilmuan dan proses yang dapat diduplikasi, alat-alat

pengembang web yang baik dan panduan-panduan dalam proses pengembangan web yang baik.
Web engineering (rekayasa web) adalah suatu proses yang digunakan untuk menciptakan suatu

sistem aplikasi berbasis web dengan menggunakan ilmu rekayasa, prinsip-prinsip manajemen dan

pendekatan sistematis sehingga dapat diperoleh sistem dan aplikasi web dengan kualitas

tinggi. Tujuannya untuk mengendalikan pengembangan, minimalisasi resiko dan meningkatkan

kualitas sistem berbasis web. [2]
1.1.1 Kualitas Sistem dan Aplikasi berbasis Web
Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur aplikasi berbasis web.

Gambar II 1 Parameter Kualitas Aplikasi pada Sistem Berbasis Web

1.1.2 Alur Kerja Rekayasa Web

Bertolak belakang dengan persepsi dari beberapa pengembang perangkat lunak dan ahli-ahli

dalam bidang rekayasa perangkat lunak (software engineering professional), rekayasa web

tidaklah sama dengan rekayasa perangkat lunak walaupun keduanya melibatkan pemrograman dan

pengembangan perangkat lunak.
Walaupun rekayasa web banyak mengadopsi prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak, rekayasa

web memiliki banyak pendekatan, metoda, alat bantu, teknik dan panduan yang memenuhi

persyaratan pembuatan sistem berbasis web.
Pengembangan sistem berbasis web berbeda dengan pengembangan perangkat lunak konvensional,

dimana pengembangan sistem berbasis web lebih banyak menghadapi tantangan. Pengembangan web

adalah gabungan dari print publishing dan pengambangan perangkat lunak, diantara marketing

dan perhitungan dan diantara seni dan teknologi.
Alternatif model dari rekayasa web adalah sebagai berikut :

Gambar II 2 Alur Kerja Rekayasa Web
1.1.2.1 Formulasi (formulation)
Kegiatan yang berfungsi untuk merumuskan tujuan dan ukuran dari aplikasi berbasis web serta

menentukan batasannya sistem.
Tujuan yang ingin dicapai bisa dibedakan menjadi dua kategori, yaitu :
1. Tujuan yang bersifat informatif
Menyediakan suatu informasi tertentu kepada pengguna, berupa teks, grafik, audio, dan video.
2. Tujuan yang bersifat fungsional
Kemampuan untuk melakukan suatu fungsi yang dibutuhkan pengguna, misal dengan menggunakan

aplikasi tersebut seorang dosen dapat memperoleh nilai akhir dan statistik nilai mahasiswa

dari data-data ujian, tugas, kuis yang ia input ke dalam aplikasi.
1.1.2.2 Perencanaan (planning)
Kegiatan yang digunakan untuk menghitung estimasi biaya proyek pembuatan aplikasi berbasis

web ini, estimasi jumlah pengembang, estimasi waktu pengembangan, evaluasi resiko

pengembangan proyek, dan mendefinisikan jadwal pengembangan untuk versi selanjutnya (jika

diperlukan).
1.1.2.3 Analisis (analysis)
Kegiatan untuk menentukan persyaratan – persyaratan teknik dan mengidentifikasi informasi

yang akan ditampilkan pada aplikasi berbasis web. Analisis yang digunakan pada rekayasa web

dilakukan dari empat sisi, yaitu :
1. Analisis isi informasi
Mengidentifikasi isi yang akan ditampilkan pada aplikasi berbasis web ini. Isi informasi

dapat berupa teks, grafik, audio, maupun video.
2. Analisis interaksi
Analisis yang menunjukkan hubungan antara web dengan pengguna.
3. Analisis fungsional
Analisis tentang proses bagaimana aplikasi berbasis web ini akan menampilkan informasi

kepada pengguna.
4. Analisis konfigurasi
Konfigurasi yang digunakan pada aplikasi berbasis web, internet, intranet, atau extranet.

Selain itu, analisis ini juga meliputi relasi database dengan web jika diperlukan.
1.1.2.4 Rekayasa (engineering)
Terdapat dua pekerjaan yang dilakukan secara paralel, yaitu desain isi informasi dan desain

arsitektur web.
1.1.2.5 Implementasi (page generation) & pengujian (testing)
Suatu kegiatan untuk mewujudkan desain menjadi suatu web site. Teknologi yang digunakan

tergantung dengan kebutuhan yang telah dirumuskan pada tahap analisis.
Pengujian dilakukan setelah implementasi selesai dilaksanakan. Pengujian meliputi beberapa

parameter yang akan menentukan standar aplikasi berbasis web yang telah dibuat. Tahap

pengujian adalah suatu proses untuk menguji aplikasi berbasis web yang telah selesai dibuat.

Hal ini bertujuan untuk menemukan kesalahan dan kemudian memperbaikinya. Pengembang suatu

aplikasi berbasis web mendapat tantangan besar untuk melakukan pengujian karena karakter

aplikasi ini yang beroperasi pada jaringan dengan berbagai macam pengguna, berbagai macam

sistem operasi, perangkat keras, browser, protokol komunikasi, dll.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk melakukan pengujian, yaitu :
1. Pengujian fungsional dan operasional (fungsional and operational testing)
Bertujuan untuk menguji masukan dan keluaran dari aplikasi ini.
Hasil keluaran aplikasi bergantung dari teknologi yang digunakan, baik itu bahasa

pemrograman maupun bahasa skrip yang digunakan.
Untuk menguji code HTML dan CSS yang digunakan dapat menggunakan alat bantu W3C HTML

Validation Service di http://validator.w3.org/ dan W3C CSS Validation Service di

http://jigsaw.w3.org/css-validator/
2. Pengujian navigasi (navigation testing)
Hal ini digunakan untuk melihat kesesuaian antara desain navigasi dengan navigasi yang ada

di aplikasi. Navigasi berhubungan dengan link-link yang terdapat didalam aplikasi.
Untuk menguji link dapat digunakan alat bantu W3C Link Checker Service di

http://validator.w3.org/checklink
3. Pengujian konfigurasi (configuration testing)
Pengujian ini dilakukan pada sistem operasi, browser, sistem perangkat keras dan perangkat

lunak pendukung. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas toleransi kebutuhan aplikasi

akan perangkat lunak dan perangkat keras pendukungnya.
4. Pengujian keamanan dan performansi (security and performance testing)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat tingkat keamanan aplikasi dengan cara menguji

aspek-aspek yang dapat menimbulkan gangguan keamanan aplikasi maupun server. Keamanan

aplikasi sangat bergantung pada teknologi pengembangan website, konfigurasi server yang

digunakan dan kelakuan sistem. Pengujian performansi dapat dilakukan bersamaan dengan

pengujian keamanan aplikasi, karena keamanan aplikasi berbasis web juga tergantung dari

performansi server dan aplikasi tersebut.
1.1.2.6 Evaluasi oleh konsumen (customer evaluation)
Suatu kegiatan akhir dari siklus proses rekayasa web, akan menentukan apakah web yang telah

selesai dibuat tersebut sesuai dengan yang mereka inginkan. Apabila aplikasi berbasis web

ini belum sesuai dengan kehendak mereka, maka proses rekayasa web akan terus dilakukan dan

dimulai lagi dari tahap formulasi untuk versi berikutnya.

Pustaka :
[1] Turban, Mc Lean, and Wetherbe, “Information Technology for Management”, Second Edition,

John Wiley & Sons, Inc, 1999.
[2] S. Murugesan et al., “Web Engineering: A New Discipline for Web-Based System

Development,” Proc. First Int’l Conf. Software Engineering (ICSE) Workshop on Web Engeering,

Univ. of Western Sydney, Australia, 1999,

http://aeims.uws.edu.au/WebEhome/ICSE99-WebE-Proc/San.doc.


copied from :http://kmrg.itb.ac.id/default/000066.html

Meluruskan Salah Kaprah Tentang e-Learning

by Romi Satria Wahono

e-learning.gifMas Romi, kami ingin membangun e-Learning untuk sekolah kami, tapi kami tidak punya dana untuk membeli peralatan teleconference. Apa saja sih prasyarat sehingga bisa disebut sekolah kami telah menerapkan e-Learning? Mohon pencerahannya ya mas. Thanks. (Taufik, Purwokerto)

Berbarengan dengan booming e-Learning di sekolah dan kampus, banyak pertanyaan senada meskipun dengan narasi berbeda yang masuk ke mailbox atau YM saya tentang implementasi e-Learning. Intinya menanyakan seperti apa sih yang disebut e-Learning itu dan apa saja komponen yang harus dilengkapi untuk implementasi e-Learning. Mari kita kupas bersama makhluk menarik bernama e-Learning ini.

DEFINISI DAN KOMPONEN E-LEARNING

Kita mulai dari definisi. Istilah e-Learning atau eLearning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi eLearning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan:

eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:

eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.

Definisi-definisi lain berserakan di buku-buku. Cara termudah dan tercepat melihat berbagai definisi e-Learning, ya lewat Google ;) Coba deh klik di sini. Untuk yang tertarik eksplorasi Google lebih jauh, jangan lupa untuk ikuti artikel saya tentang teknik pencarian di Google.

definee-learning.gif

Ok apa yang dapat kita simpulkan dari berbagai definisi diatas?

  1. Metode belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan Internet
  2. Tersampaikannya bahan ajar (konten) melalui media elektronik. Otomatis bentuk bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital).
  3. Adanya sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar mengajar

Kesimpulan definisi diatas ini yang sering saya gunakan untuk membuat bagan komponen e-Learning. Dengan kata lain, komponen yang membentuk e-Learning adalah:

  1. Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.

  2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.

  3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan e-dukasi.net yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Juga mari kita beri applaus ke pak Gatot (Biro PKLN) yang mulai memberikan insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke Game Technology yang arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi konten.

Sedangkan Actor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.

komponen-elearning.gif

Oh ya terminologi yang berhubungan dengan e-Learning sebenarnya banyak. Ada online learning, software learning, multimedia learning, computer based learning. Boleh dikatakan semua bisa diwakili oleh e-Learning, baik dalam perspektif umum (online learning, computer based learning) maupun dalam perspektif komponen e-Learning (multimedia learning sebagai komponen e-Learning content dan software learning sebagai komponen e-learning system).

Sedikit perlu kita garis bawahi untuk terminologi distance learning. Terminologi distance learning ini sejak dulu sudah ada, hanya dulu distribusi bahan ajar dan proses pembelajaran tidak menggunakan media elektronik, misalnya universitas terbuka yang dulu mengirimkan module pembelajaran lewat pos. Hanya, saat ini universitas yang menerapkan distance learning kebanyakan sudah menggunakan media elektronik untuk mendistribusikan bahan ajar dan proses belajar mengajar, dengan kata lain bisa saja distance learning masuk ke definisi e-Learning untuk kondisi ini. Tapi tidak menjadi masalah kalau open university yang ada di dunia ini tetap menggunakan term distance learning, karena mungkin sudah lebih lama dan terbiasa digunakan. Yang pasti secara kohesi terminologi, distance learning akan dekat dengan terminologi open university dan synchronous learning.

METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING

Seperti kita lihat di atas, peralatan teleconference yang mahal itu posisinya ada di infrastruktur e-Learning (komponen pertama). Meskipun kalaupun tidak ada juga tidak masalah. Lho kok bisa? Ya karena peralatan teleconference akan mendukung e-Learning yang Synchronous tapi tidak untuk yang Asynchronous. Waduh apalagi nih?

Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua:

  1. synchronous-elearning.gifSynchrounous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali :)

  2. asynchronous-elearning.gifAsynchronous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang.

STRATEGI IMPLEMENTASI DAN KEGAGALAN E-LEARNING

Kalau ditanya tentang strategi implementasi e-Learning, saya pikir ini parameternya terlalu banyak, tergantung kebutuhan, kultur institusi, ketersediaan dana dan berbagai faktor lain. IlmuKomputer.Com menerapkan strategi seperti apa yang saya tulis di artikel tentang model motivasi komunitas (Romi, 2007). Usulan saya sebagai konsultan e-Learning di beberapa perusahaan dan universitas tentang implementasi e-Learning biasanya berupa:

  • e-Learning harus didesain utk dapat memberikan nilai tambah secara formal (karier, insentif, dsb) dan nonformal (ilmu, skill teknis, dsb) untuk pengguna (pembelajar, instruktur, admin)
  • Pada masa sosialisasi terapkan blended eLearning untuk melatih behavior pengguna dalam e-life style (tidak langsung full e-Learning)
  • Project eLearning adalah institution initiative dan bukan hanya IT or HRD initiative
  • Jadikan pengguna sebagai peran utama (dukung aktualisasi diri pengguna), tidak hanya object semata

Perlu kita catat bersama bahwa kegagalan implementasi e-Learning kebanyakan bukan karena masalah tools, software atau infrastruktur. Tapi kebanyakan karena human factor, karena beratnya perubahan kultur kerja dan karena tidak adanya kemauan untuk knowledge sharing.

Dari sebuah studi tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40 perusahaan besar menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (lebih dari 68%) menolak untuk mengikuti pelatihan yang menggunakan konsep e-Learning. Ketika e-Learning itu diwajibkan kepada mereka 30% menolak untuk mengikuti [Dublin, 2003]. Sedangkan studi lain mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar untuk mengikuti e-Learning, 50-80% tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir [Delio, 2000].

Paling tidak itu dulu, kita akan lanjutkan pembahasan kita dengan membangun sistem e-Learning dan pemilihan Learning Management System (LMS). Ikuti terus seri artikel ini :)

REFERENSI:

  1. Glossary of e-Learning Terms, LearnFrame.Com, 2001
  2. Darin E. Hartley, Selling e-Learning, American Society for Training and Development, 2001
  3. Dublin, L. and Cross, J., Implementing eLearning: Getting the Most from Your Elearning Investment, the ASTD International Conference, May 2003.
  4. Michelle Delio, Report: Online Training ‘Boring’, Wired News, located at www.wired.com/news/business/0,1367,38504,00.html
  5. Romi Satria Wahono, Sistem eLearning Berbasis Model Motivasi Komunitas, Jurnal Teknodik No. 21/XI/TEKNODIK/AGUSTUS/2007, Agustus 2007

copied from :
http://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentang-e-learning/

REKURSI...bukan makanan maupun minuman

Rekursi….rekursi bukanlah nama seseorang bukan pula makanan maupun minuman, ga pedes, ga manis, ga juga kecut ( haha ga penting).. Ini hanya sebuah sebutan untuk suatu kasus yang terjadi dalam kehidupan, yang kemudian diimplementasikan dalam sebuah algoritma untuk pembuatan program. hehehehe
Secara umum… Rekursi (recursion) adalah proses dari suatu sub program baik fungsi maupun prosedure yang memanggil dirinya sendiri. Sehingga pointer dari program akan terus masuk ke dalam fungsi atau procedure hingga bertingkat-tingkat dan berakhir hingga statementnya selesai terpenuhi.
Banyak contoh dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan implementasi dari rekursi…salah satu contoh mudahnya ketika kita meletakkan cermin yang sejajar dan saling berhadapan maka akan terjadi bayangan dalam bayangan. Contoh lain dalam matematika adalah dalam kasus factorial dari suatu angka bilangan bulat.

Contoh :
Program Rekursi_pascal;
uses Crt;
procedure rekursi(A:integer);
begin
if A nilai X dapat kita tentukan sendiri
rekursi(x);
readln;
end.

Contoh faktorial menggunakan rekursi :
Program Faktorial_pascal;
function Faktorial(a:integer):longint;
begin
if (A=1)then
Faktorial:=1
else
Faktorial:=a*faktorial(a-1);
end;
var
x:integer;
begin
writeln(’Faktorial sequence’);
write(’Berapa Faktorial :’);readln(x);
writeln(x,’faktorial ‘,’=’,faktorial(x));
readln;
end.

Contoh untuk indefinite dalam pascal merupakan proses rekursi yang dilakukan tanpa berhenti atau rekursi yang tidak berujung.
Program rekursi_indefinite;
procedure rekursi;
begin
write(’Pascal’);write;
rekursi;
end;
begin
rekursi;
readln;
end.

JUNGLE English = English Ngawur =English Waton

Sering ngeledek Cinta Laura???? Berasa pernah spt dibawah ini????

Jungle English... like the ones mentioned below:

Jakartenglish – Jakarte English is marked by the 'sih', 'deh', 'dong', 'nih', etc

- That book is very good, deh.
- Can you speak english? ... yeah a little sih I can!
- Use my money first nih..
- Give me more dong..
- How sih? Little little angry..

Sundanglish is also available such as 'atuh', 'euy', 'mah'

- Well, if that kind, it pretty so-so atuh
- It can't be that way euy..
- I am mah, not like that... anything else?

Javelish.. The typical Javanese language: 'lho', 'lha', 'tho', 'kok', 'ki', etc
- Lho, I already bought that book!
- Kok, buying again?
- I told you many times 'tho' !
- Lha, I didn't know tho yo... how ki !?
- Don't be like that, no....!?

Other exclamation words of Java: 'wo_', 'wah', 'wé_', 'jian', and 'jé_'
- Wé_ lha this book is mine jé...!
- Wo_, only like that tho!
- Wah, expensive, tho?
- Jian, Vera is beautiful tenan.

Surobenglish is marked by 'tah' and the famous word is 'diancuk'
-Do you feel sick, tah ?
-Diancuk... he took my money !

There are also abundant 'sound effect' in Javanese language.
- Suddenly, mak bedhengus Curtis appeared
- My head feels pain, mak cleng!
- Mak tlepok, I got a manggo !
- My chicken is suddenly died, mak cekengkeng
- Mak gedebug, Mas Oji fell down.
- Mak jegagik.... Oh, trondholo

Keep Smiling, Euy :)))



diambil dari milis teladan08@yahoogroups.com published by coemith

suara hati seorang pencari cinta

sekarang jam 23.34 WIB
masih di sekre...
mau pulang...
ga mau nginep...
kapan-kapan adja...
tapi....
pintu gerbangnya dah ditutup lum ya???
moga aja belum....

BIGBANG !

Astronomi Modern Mengungkap Fakta Penciptaan Alam Semesta


BIGBANG !!!!!!

Gagasan Kuno Abad 19: Alam Semesta Kekal


Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) 55:7.
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya 51:47.

Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme dialektika Karl Marx.

Para penganut materalisme meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis George Politzer mengatakan bahwa “alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan” dan menambahkan: “Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan”.

Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini.

Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan

Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli astronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah.

Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita. Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus “mengembang”.

Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang.

Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad 20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai ‘kesalahan terbesar dalam karirnya’. Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa 'titik tunggal’ ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki ‘volume nol‘, dan ‘kepadatan tak hingga‘. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini.

Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan ‘Big Bang‘, dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa ‘volume nol‘ merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep ‘ketiadaan‘, yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai ‘titik bervolume nol‘. Sebenarnya, ‘sebuah titik tak bervolume‘ berarti ‘ketiadaan‘. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad 20, telah dinyatakan dalam Alqur‘an 14 abad lampau: “Dia Pencipta langit dan bumi” (QS. Al-An’aam, 6: 101)

Teori Big Bang menunjukkan bahwa semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain.

Big Bang, Fakta Menjijikkan Bagi Kaum Materialis

Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah ‘diciptakan dari ketiadaan‘, dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis terkenal yang mengatakan: “Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya”.

Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle adalah termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut steady-state yang mirip dengan teori ‘alam semesta tetap‘ di abad 19. Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka.

Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada‘ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis‘, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.

Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka. Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang. Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium.

Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat: “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (QS. Al-Mulk, 67:3)

Segala bukti meyakinkan sebagaimana dipaparkan ini telah menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat dari ketiadaan. Dennis Sciama, yang selama bertahun-tahun bersama Fred Hoyle mempertahankan teori steady-state, yang berlawanan dengan fakta penciptaan alam semesta, menjelaskan posisi akhir yang telah mereka capai setelah semua bukti bagi teori Big Bang terungkap. Sciama menyatakan bahwa ia mempertahankan teori steady-state bukan karena ia menanggapnya benar, melainkan karena ia berharap bahwa inilah yang benar.

Sciama selanjutnya mengatakan bahwa ketika bukti mulai bertambah, ia harus mengakui bahwa permainan telah usai dan teori steady-state harus ditolak. Prof. George Abel dari universitas California juga menerima kemenangan akhir Big Bang dan menyatakan bahwa bukti yang kini ada menunjukkan bahwa alam semesta bermula milyaran tahun silam melalui peristiwa Big Bang. Ia mengakui bahwa ia tak memiliki pilihan kecuali menerima teori Big Bang. Dengan kemenangan Big Bang, mitos ‘materi kekal’ yang menjadi dasar berpijak paham materialis terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang; dan kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi ‘ada’ dengan ledakan raksasa ini saat alam tersebut ‘tidak ada’? Meminjam istilah Arthur Eddington, pertanyaan ini jelas mengarah pada fakta yang ‘secara filosofis menjijikkan’ bagi kaum materialis, yakni keberadaan sang Pencipta. Filosof ateis terkenal Antony Flew berkata tentang hal ini: “Sayangnya, pengakuan adalah baik bagi jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan pengakuan bahwa kaum Ateis Stratonisian terpaksa dipermalukan oleh kesepakatan kosmologi zaman ini. Sebab, tampaknya para ahli kosmologi tengah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan. “

Banyak ilmuwan yang tidak secara buta menempatkan dirinya sebagai ateis telah mengakui peran Pencipta yang Mahaperkasa dalam penciptaan alam semesta. Pencipta ini haruslah Dzat yang telah menciptakan materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya. Ahli astrofisika terkenal Hugh Ross mengatakan: “Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab terbentuknya alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang sama sekali tak tergantung dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta. Kesimpulan ini memberitahu kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan tidak pula berada di dalam alam semesta.” Begitulah, materi dan waktu diciptakan oleh sang Pencipta yang tidak terikat oleh keduanya. Pencipta ini adalah Allah, Dialah Penguasa langit dan bumi.

Big Bang, Ledakan Yang Memunculkan Keteraturan Sebenarnya, Big Bang telah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis daripada pengakuan Filosof ateis, Antony Flew. Sebab, Big Bang tak hanya membuktikan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara sangat terencana, sistematis dan teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua materi dan energi alam semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan energi ini, munculah suatu keseimbangan luar biasa yang melingkupi berbagai galaksi, bintang, matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya. Hukum alam pun terbentuk yang kemudian disebut ’hukum fisika’, yang seragam di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak berubah. Hukum fisika yang muncul bersamaan dengan Big Bang tak berubah sama sekali selama lebih dari 15 milyar tahun. Selain itu, hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat pada kehancuran seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan sempurna muncul setelah Big Bang.

Namun, ledakan tidak mungkin memunculkan tatanan sempurna. Semua ledakan yang diketahui cenderung berbahaya, menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Jika kita diberitahu tentang kemunculan tatanan sangat sempurna setelah suatu ledakan, kita dapat menyimpulkan bahwa ada campur tangan ‘cerdas’ di balik ledakan ini, dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah digerakkan secara sangat terkendali. Sir Fred Hoyle, yang akhirnya harus menerima teori Big Bang setelah bertahun-tahun menentangnya, mengungkapkan hal ini dengan jelas: “Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta berawal dari satu ledakan tunggal. Tapi, sebagaimana diketahui, ledakan hanya menghancurkan materi berkeping-keping, sementara Big Bang secara misterius telah menghasilkan dampak yang berlawanan – yakni materi yang saling bergabung dan membentuk galaksi-galaksi.” Tidak ada keraguan, jika suatu tatanan sempurna muncul melalui sebuah ledakan, maka harus diakui bahwa terdapat campur tangan Pencipta yang berperan di setiap saat dalam ledakan ini.

Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big Bang ini adalah penciptaan ‘alam semesta yang dapat dihuni’. Persyaratan bagi pembentukan suatu planet layak huni sungguh sangat banyak dan kompleks, sehingga mustahil untuk beranggapan bahwa pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul Davis, profesor fisika teori terkemuka, berkata bahwa kecepatan ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Davis berkata: “Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, big bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat. “

Fisikawan terkenal, Prof. Stephen Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time, bahwa alam semesta dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih akurat dari yang dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking berkata: “Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang berkurang meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta juta, alam semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang.” Paul Davis juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar biasa akuratnya ini: “Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang, yang terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan bagi keberadaan desain alam semesta.”

Berkenaan dengan kenyataan yang sama ini, profesor astronomi Amerika, George Greenstein menulis dalam bukunya The Symbiotic Universe: “Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supernatural pasti terlibat.”

Singkatnya, saat meneliti sistem mengagumkan di alam semesta, akan kita pahami bahwa keberadaan dan cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat sensitif dan tatanan yang terlalu kompleks untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan. Sebagaimana dimaklumi, tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu ledakan besar. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big Bang adalah satu bukti nyata adanya penciptaan supernatural.

Rancangan dan tatanan tanpa tara di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan Pencipta, beserta Ilmu, Keagungan dan Hikmah-Nya yang tak terbatas, Yang telah menciptakan materi dari ketiadaan dan Yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Sang Pencipta ini adalah Allah, Tuhan seluruh sekalian alam.

Harun Yahya Int’l, Representative for Indonesia1

HOBI ANEH PEMIMPIN DUNIA

TENTUNYA bukan hanya Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang dianggap punya hobi aneh dengan mengoleksi prangko. Di Amerika Serikat (AS), setidaknya ada beberapa mantan presiden yang punya hobi lebih aneh dari sekadar mengoleksi prangko,dari sekadar menikmati arsitektur hingga arkeologi, mengemudi sambil mabuk, sampai menonton burung. Ada semua.

Presiden ke-42 AS, Bill Clinton, dikenal memiliki hobi memainkan saksofon. Saat berkampanye pada 1992, dia muncul di Arsenio Hall dan memainkan Heartbreak Hotel. Tapi, tahukah Anda jika suami Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton ini ternyata juga sangat menggemari mengisi teka teki silang kata? Dia bahkan menuliskan tipsnya untuk koran New York Times.

Clinton juga dikabarkan menjadi pesaing hebat dalam permainan biliar Kantor March Madness.

Mantan Presiden AS yang lain juga tak kalah anehnya. Thomas Jefferson, yang kondang karena menulis Deklarasi Kemerdekaan saat berusia 33 tahun, setelah tak lagi menjabat sebagai presiden, mendirikan University of Virginia dan mendesain Gedung UVA serta Gedung Capitol Negara Bagian Virginia di Richmond.

Dia bahkan menggeluti hobi dalam bidang arkeologi, menulis, membuat anggur, memasak, dan desain industri. John Quincy Adams boleh kondang karena membantu memformulasikan Doktrin Monroe dan melawan perluasan perbudakan, tapi pada pagi hari Presiden AS di awal abad 19 itu dapat dengan mudah ditemukan sedang berenang tanpa busana di Sungai Potomac.

Sedangkan Lyndon B Johnson punya hobi betul-betul nyeleneh. Dia gemar sekali mengemudi sambil mabuk dengan berbagai macam mobil, termasuk sebuah kendaraan amfibi. Hampir serupa dengan Johnson,Andrew Jackson, Presiden AS pada era 1829?1837 juga punya hobi minum sampai mabuk dan sering mengundang rekannya untuk mabuk bersama di Gedung Putih.

Menurut Forbes, dia juga disebut menikmati judi dan balapan kuda. Sementara itu, mantan Presiden AS satu ini memang punya hobi yang sama sekali tidak pantas bagi seorang pemimpin negara.
Calvin Coolidge, yang menjabat presiden pada 1923-1929 ini, punya hobi tidur siang selama dua jam tiap hari setelah makan siang.Akibat hobinya itu, dia sering kali tidak mampu menginisiatifi program federal karena tertidur.

Presiden AS sekarang Barack Obama disebut punya hobi memasak, main basket, dan berdansa. Lantas bagaimana dengan pendahulunya, George W Bush? Belum diketahui apa hobinya setelah tidak lagi menjabat presiden. Namun, situs Socyberty mengatakan, Bush sangat suka memancing dan jogging.

Di belahan lain di dunia ini, mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, setelah tak lagi menjabat perdana menteri, seringkali menghabiskan waktu luangnya untuk menonton opera. Sedangkan Perdana Menteri Rusia, yang dulu pernah menjabat presiden,Vladimir Putin mencoba-coba melukis.

Salah satu karya Putin bahkan pernah terjual hingga USD1,1 juta (sekitar Rp13,5 miliar) dalam sebuah lelang amal.Menurut Forbes, Putin menghabiskan waktu 20 menit untuk melukis sketsa lukisan itu sebelum menyerahkannya kepada seorang seniman profesional untuk penyelesaiannya.(sindo//ahm)

Mengenai Saya

info lebih lanjut langsung aja kunjungi zudhaulia.co.cc makasih...

JOiN Us